SENTANI.TABLOID PAPUA BARU.COM,- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Ganip Warsito akan meresmikan Rumah Pengolahan Tepung Sagu Hele Wabhouw pada tanggal 9 September 2021 nanti, di Kampung Sereh Tua, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Hadirnya rumah pengolahan tepung sagu, bertujuan selain menyediakan hasil produksi olahan tepung sagu, juga untuk pemulihan ekonomi masyarakat pascabencana bencana alam banjir bandang dan luapan air Danau Sentani.
Ondofolo Kampung Sereh, Yanto Khomlay Eluay mengatakan, jelang peresmian rumah pengolahan tepung sagu, pihaknya sudah melakukan uji coba produksi olahan tepung sagu. Saat ini proses persiapan akhir terus dilakukan, sebelum diresmikan dalam waktu dekat.
“Terkait dengan pembangunan rumah pengolahan tepung sagu di Kampung Sereh Tua, di mana untuk pembangunan maupun peralatan yang akan digunakan itu sudah dipersiapkan. Satu bulan yang lalu kami sudah lakukan uji coba produksi dengan hasil 1.300 kilogram dan semuanya sudah siap,” ujar Yanto Khomlay Eluay ketika dikonfirmasi wartawan, di Pendopo Igwa-igwa Ondikeleuw Haleufoiteuw Hele Wabhouw, Jalan Bisteur Pos, Kampung Sereh, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Selasa (31/8/2021).
“Saat ini, kami lagi menunggu untuk persiapan peresmian dari rumah pengolahan tepung sagu tersebut. Kemarin juga kami sudah dapat informasi dari pihak Pemda. Bahwa waktu peresmiannya itu sudah ditentukan yaitu, tanggal 9 September 2021 mendatang dan peresmiannya akan dilakukan oleh Kepala BNPB,” sambungnya.
Lanjut Tokoh Adat Papua ini mengatakan dengan hadirnya rumah pengolahan tepung sagu ini dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, baik itu masyarakat sekitar di danau Sentani maupun masyarakat adat Sentani.
“Karena keberadaan rumah pengolahan tepung sagu ini berada di sekitar Danau Sentani, untuk itu kami berharap masyarakat di kampung-kampung yang ada di pinggiran Danau Sentani, mereka yang memiliki hutan-hutan atau dusun sagu akan dilibatkan dalam produksi olahan tepung sagu yang akan dilakukan di rumah pengolahan tepung sagu tersebut,” harapnya.
Keberadaan dari rumah pengolahan tepung sagu yang akan dikelola oleh masyarakat adat itu, kata Yanto Eluay, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa Ondofolo (pemimpin masyarakat adat) di sekitar Danau Sentani. “Jadi ada 16 kampung yang memiliki dusun atau hutan sagu. Mereka inilah yang akan kami libatkan sebagai anggota koperasi untuk mengelola rumah produksi olahan tepung sagu tersebut,” katanya.
Setelah masyarakat adat mengelola rumah olahan tepung sagu itu, lanjut Ketua Umum Presidium Putra Putri Pejuang Pepera (P5) Provinsi Papua ini menyampaikan, juga ada program untuk penataan dan budidaya dusun atau hutan sagu.
“Jadi dalam penataan juga kami terlibat, untuk hutan atau dusun sagu ini akan di tata ulang. Yakni, sagu yang bertumbuh dalam satu rumpun akan dipisah-pisahkan, sehingga pertumbuhan dari pohon sagu ini cepat,” beber Yanto.
“Kemudian, kami juga akan membuat akses berupa kanal. Setiap 100 meter di dusun sagu itu ada kanal yang masuk, jadi sagu yang berada di bagian dalam dari dusun-dusun sagu yang selama ini tidak tersentuh akibat banyaknya rawa. Dengan adanya akses kanal ini, dalam penataannya kami akan buat akses masuk berupa kanal sampai ke bagian dalam hutan sagu yang selama ini sagu tidak pernah dikelola. Selain penataan, juga ada budidaya berupa penanaman kembali pohon sagu,” sambungnya.
Pria yang menggagas rumah pengolahan tepung sagu ini pun menjelaskan, rumah produksi pengolahan tepung sagu ini dalam bentuk koperasi yang akan dikelola oleh masyarakat adat, khususnya masyarakat adat yang memiliki hutan atau dusun sagu.
“Nama dari rumah pengolahan tepung sagu ini adalah ‘Hele Wabhouw’, yang merupakan nama dari kampung Sereh dalam bahasa adat Sentani. Yang mana, ‘Hele’ ini memiliki arti wadah penyimpanan atau tempayan sagu,” jelas Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Jayapura tersebut.
Untuk diketahui, pembangunan rumah pengolahan tepung sagu dan mesin pengolahan sagu ini merupakan bantuan dari BNPB. (EWAKO)*