*Minta Bupati Klarifikasi Terkait Pemberitaan Distrik Trikora
SENTANI, PAPUA BARU.COM,- Adanya pemberitaan yang dianggap tidak sesuai terkait Distrik Trikora, Kabupaten Jayawijaya mendapat tanggapan dari tiga tokoh masyarakat (Tomas) dari Distrik Trikora, Kabupaten Jayawijaya. Mereka mengaku kecewa dan meminta Bupati Jayawijaya segera mengklarifikasi informasi yang muncul disebuah pemberitaan. Tiga tokoh tersebut adalah Sem Heluka yang merupakan Anggota DPR asal Distrik Trikora, Pdt. Lazarus Heluka dan seorang tokoh pemuda Asis Lani. Ketiganya menganggap Pemerintah Kabupaten Jayawijaya kurang memperhatikan Distrik Trikora sehingga kondisi masyarakat disana jauh dari kata sejahtera.
Mereka menyampaikan dua hal yang diaggap perlu diketahui oleh Bupati Jayawijaya. Pertama, meminta klarifikasi dari Bupati terkait pemberitaan yang memberitakan soal Distrik Trikora, namun menggunakan foto dari distrik lain di Kabupaten Jayawijaya. Yang kedua adalah statement bupati yang menyebut kesulitan mencari ASN untuk ditempatkan di Distrik Trikora.
Ketiga tokoh ini menganggap selama ini Distrik Trikora sangat jarang diperhatikan dan tiba – tiba bupati menyampaikan soal kesulitan mencari ASN untuk ditempatkan disana. Seharusnya, menurut Sem Heluka ini justru menunjukkan ketikdakmampuan pemimpin menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) khususnya anak daerah dari Distrik Trikora. “Kami cukup kecewa, karena foto yang diambil bukan menggambarkan kondisi distrik kami, tetapi berbicara tentang tempat kami. Teman – teman tersinggung soal ini. Lalu kalau mengatakan kesulitan mencari ASN seharusnya tidak boleh bingung, sebab itu wilayahnya. Apa yang sudah bupati siapkan untuk Distrik Trikora dan mengapa sampai tidak ada SDM yang bisa diangkat bekerja disana, ini yang jadi pertanyaan kami,” beber Sem didampingi Pdt Lazarus dan tokoh pemuda saat ditemui di Entrop, Kota Jayapura, Senin (20/12).
Pdt. Lazarus Heluka mengatakan bahwa Distrik Trikora jaraknya paling jauh dan Jayawijaya dan sejak tahun 1990 bisa dibilang minim perhatian pemerintah. Anak – anak sekolah termasuk mereka yang sudah selesai kuliah dan mencari pekerjaan hingga kini sangat jarang yang terakomodir. “Distrik kami jarang dibicarakan dan seperti dilupakan dan bupati sampaikan kesulitan cari ASN padahal ada anak-anak lulusan S1 dari Distrik Trikora yang hingga kini masih sulit bekerja. Harusnya mereka bisa diakomodir,” bebernya. Ia menyebut setiap tahun dilakukan Musrenbang namun sangat jarang aspirasi dari bawah yang diterima. “Padahal kadang masyarakat jalan kaki 3 malam karena memang Lapter juga belum dibangun dengan baik. Kadang di jalan masyarakat tidur di goa,” tambahnya sambil menunjukkan foto – foto.
Lapter yang ada dikatakan sempat dibangun sejak 2009 secara swadaya namun karena masyarakat tak lagi memiliki anggaran akhirnya terbiar dan belum bisa digunakan. Sementara tokoh pemuda dari wilayah perbatasan Jayawijaya dan Nduga, Asis Lani menyampaikan bahwa bupati perlu mengklarifikasi pemberitaan di media yang tidak sesuai. “Jadi isinya soal distrik Trikora tapi fotonya daerah lain jadi masyarakat protes. Kalau kayak begini biasa nanti muncul masalah jadi sebaiknya diklarifikasi saja. Sejak adanya Perda nomor 16 tahun 2009 tentang pemekaran distrik ada hingga kini Distrik Trikora seperti dilupakan. Tahun ini juga ada 15 anak Jayawijaya tes ASN tapi tidak terakonomir dan mereka justru masuk ke Kabupaten Nduga jadi kalau kesulitan mencari ASN saya pikir ini PR pemda juga sebab banyak orang tua menyekolahkan anaknya dengan biaya sendiri dan setelah lulus kuliah mereka justru lebih dihargai oleh kabupaten lain,” tutupnya. (EWAKO)*