JAYAPURA. TABLOID PAPUA BARU.COM,- Perjalanan sejarah Jemaat GKI Getsemani Bhayangkara siap dibukukan, setelah melalui perjalanan panjang mulai dari Pos Pelayanan pada tahun 1988 hingga menjadi jemaat mandiri. Hal ini terungkap dalam Seminar “Mengangkat Kembali Nilai Sejarah Jemaat GKI Getsemani Bhayangkara” di Jemaat GKI Getsemani Bhayangkara, Kota Jayapura, minggu (19/9).
Dalam perjalanan, jemaat mula-mulai dimulai dengan ibadah pertama yang dipimpin oleh Pdt Hans Wambrauw, STh di rumah keluarga Syamas Petrus Suruan, sekaligus mengawali ibadah perdana sebagai bukti dari pos pelayanan yang kemudian hari sebagai jemaat mandiri.
Majelis Jemaat di Pos Pelayanan Bhayangkara 1988-1992 yakni Pnt. J. Tuange dan Syamas Petrus Suruan memainkan perannya dalam tugas pelayanan sekaligus mengupayakan agar ada tanah gereja, supaya dibangun gedung gereja permanen.
Ibadah di rumah Syamas Petrus Suruan merupakan dimulai proses dan maksud Tuhan bagi jemaat mula-mula dari warga Jemaat Pos Pelayanan Bhayangkara bersama majelis sudah dapat mengusahakan tanah dan membangun gedung ibadah.
Ketua Majelis Jemaat GKI Getsemani Bhayangkara, Pdt. O. Kambuaya, STh, mengungkapkan rasa syukur yang mendalam ketika perjalanan jemaat kembali dibuka dan dibukukan.
“Kami boleh menghadirkan bapak Pdt. Hanz Wanma untuk berada bersama-sama kami, dan kami percaya bahwa ada banyak hal yang Tuhan taruh dalam jemaat ini. Kami punya kerinduan bahwa apa yang kami kerinduan bahwa apa yang dilakukan oleh pendiri-pendiri jemaat akan kami lanjutkan, “ungkapnya.
Dikatakan, jika kami mengacu pada sejarah Jemaat GKI Getsemani Bhayangkara, maka sudah menjadi tanggungjawab pihaknya untuk setia dalam pelayanan.
“Tentu setiap orang punya harapan, tentu yang pertama kami membawa jemaat ini untuk hidup takut akan Tuhan, ketika kami jalan sesuai dengan tema “Datanglah KerajaanMu”, dimana bicara kerjaan sorga, itu tidak hanya terjadi di sorga nanti, tetapi bagaimana Tuhan menghadirkan kerajaan sorga di bumi, jadi dalam pertolongan Tuhan, “katanya.
Dengan demikian, ujar Kambuaya, jika Tuhan hadir dan menuntun umat, maka sebagai bagian dalam pelayanan, pihaknya terus melayani.
Sementara itu, Narasumber yang hadir, Pdt Hanz Wanma mengapresiasi langkah Jemaat GKI Bhayangkara untuk melakukan penelurusan kembali jejak pelayanan jemaat yang nantinya dibukukan.
“Pertama terima kasih Tuhan Yesus sebagai kepala gereja, saya berpikir bahwa dengan adanya penulisan buku, tetapi juga usaha dari majelis jemaat, urusan pekabaran injil dan panitia hari-hari besar gerejawi, ini menjadi berkat,”tuturnya.
Dirinya menuturkan nilai-nilai yang disampaikan oleh para pendiri, Pnt J. Tuange dan lainnya hendaknya menjadi cerminan bagaimana menghadirkan jemaat Tuhan ditengah keterbatasan dan perjuangan yang luar biasa.
“Yang kedua, itu saya berharap dari 15 bakal klasis, 55 klasis serta 1955 jemaat, saya berharap, jemaat Getsemani Bhayangkara bisa menjadi contoh untuk jemaat yang lain. Mereka juga bisa menulis sejarahnya sebagai satu sejarah keselamatan Kerajaan Allah untuk dunia dan Jemaat Getsemani memulai maka itu menjadi berkat,”tuturnya.
Dirinya berharap Jemaat GKI Getsemani menjadi taman yang ada berkat, tetapi juga menjadi jemaat kaca, dimana jemaat-jemaat lain harus belajar dari jemaat ini.
“Ini menjadi bukti, jemaat lain bisa melihat dan belajar pendidikan disini, sekalipun kita masih muda dalam usia sebagai satu jemaat, tetapi kita bisa melakukan sesuatu yang besar, daripada jemaat yang usia diatas 100 tahun tapi belum membuat sesuatu. Kita mungkin 30 tahun jg belum sampai, tetapi kita juga buat sesuatu terutama di Klasis GKI Port Numbay, “bebernya.
Ditambahkan, tak banyak jemaat yang sudah membukukan sejarah pelayanan jemaat, tercatat hanya Jemaat GKI Ebenhaezer Kayu Pulo dan Jemaat GKI Efata Kayu Batu. (Jhon Karma /Yan)