JAYAPURA.tabloidpapuabaru.com, – Dalam upaya mewujudkan keterlibatan perempuan dalam mengelola hutan dan lahan di Indonesia melalui Gender Focal Point (GFP), The Asia Foundation
bersama Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) menggelar pertemuan regional forum perempuan penjaga dan
pengelola hutan papua, kegiatan berlangsung di Hotel Aston Kota Jayapura, Rabu (6/3).
Ketua Pokja Perempuan, Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua, Natalia B. Wona Sebagai narasumber dalam talkshow mengangkat tema memperkuat gerakan kelompok Perempuan dalam pengelolaan hutan dan lahan di Papua.
“Salah satu program dari Pokja Perempuan ialah Mendorong Perdasus pada komoditi lokal yang menjadi karakteristik Orang Asli Papua,” Ujarnya saat membawakan Talkshow.
Sesuai Pasal 38 ayat 2 (UU RI No. 2/2021)
Usaha-usaha perekonomian di Provinsi Papua yang memanfaatkan sumber daya alam dilakukan dengan tetap menghormati hak-hak masyarakat adat, memberikan jaminan kepastian hukum bagi pengusaha, serta prinsip-prinsip pelestarian lingkungan, dan pembangunan yang berkelanjutan yang pengaturannya ditetapkan dengan Perdasus.
Menurutnya, pada Talkshow ini akan memperkuat agenda kolaborasi antar kelompok perempuan dan generasi muda untuk wilayah Papua dengan berbagai pihak dalam mendukung pengembangan ekonomi dengan tetap menjaga keberlanjutan hutan dan lahan.
“Kami dari kelompok kerja perempuan MRP berharap kegiatan kolaborasi hari ini dapat meningkatkan kapasitas perempuan dan generasi muda dalam pengelolaan hutan lingkungan dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber pendapatan, peningkatan ekonomi usaha kecil, tanpa merusak lingkungan tatanan hukum masyarakat adat yang berlaku,”pungkasnya
Natalia menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi atas terselenggaranya acara ini.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada PUPUK bersama GFP, yang telah menyelenggarakan kegiatan yang membangun gerakan bersama keterlibatan perempuan dan generasi muda dalam pengelolaan hutan dan lingkungan yang berkelanjutan guna mensejahterakan masyarakat hukum adat khususnya perempuan asli Papua,”pungkasnya
Lebih dari 10 organisasi yang tergabung dalam Gender Focal Point (GFP) antara lain: PUPUK, GeRAK, HAKA, FITRA, ICEL, Sikola Mombine, KBCF, LBBT, TLKM, Q-BAR, LivE, JARI Borneo, Pt.PPMA, KIPRA, GEMAPALA, PINUS, YESL, dan PHAP telah mendampingi kelompok perempuan dan generasi muda untuk mengelola hutan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
The Asia Foundation, GFP terus melakukan pendampingan teknis, penguatan kelompok perempuan dan generasi muda serta penyediaan training untuk memperkuat kapasitas mereka. Mereka telah bekerja di 14 provinsi di Indonesia.
Pasca kegiatan Kongres dan Konferensi Nasional Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan’ sejumlah organisasi masyarakat sipil tersebut bekerja untuk memperkuat agenda FP3HI di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Bengkulu.
Pertemuan Regional Forum Perempuan Penjaga Dan Pengelola Hutan Papua yang melibatkan Pt.PPMA, KIPRA, GEMAPALA, PINUS, YESL, dan PHAP. Selain itu peran masing-masing stakeholder juga perlu dilibatkan seperti masyarakat adat perempuan dan generasi muda, pemerintah daerah terkait, dan mitra swasta.
Acara dibuka oleh PJ Gub Papua yang diwakili oleh Ibu Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Elsa Rumbekwan.(Redaksi)**