JAYAPURA.tabloidpapuabaru.com,- Memerangi dan mengatasi penyebaran informasi Hoax di Indonesia dan khususnya Jayapura Papua maka harus diwujudkan dengan komitmen bersama dan kolaborasi dalam mengatasi sebaran hoaks. Untuk mewujudkan komitmen tersebut maka Dr. Nahria, S.Sos., M.Si, dipercayakan sebagai koordinator Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Jayapura sekaligus menginisiasi pembentukan Paguyuban Ekosistem Informasi Sehat (PESAT) di Tanah Papua.
Dr. Nahria, S.Sos., M.Si, merupakan dosen tetap pada Program Pascasarjana (S2) dan S1 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Papua (UMP) sejak tahun 2005 yang kala itu masih berstatus sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura. Saat ini, ia juga menjadi koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Papua.
Ia pernah menjadi jurnalis di sebuah media cetak di Makassar dan selama menjadi mahasiswa S1 di UNHAS aktif di Lembaga Penerbitan dan Pers Mahasiswa (LPPM). Ketertarikannya di bidang pers ini membawanya pernah mewakili Indonesia pada program SUSI (Study of United Stated Institute) on Media and Journalism dan kerap kali menerima Small Grants Competition dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta untuk melatih para jurnalis di Tanah Papua.
Selain itu, ia sangat menaruh perhatian besar terhadap literasi digital. Sebelum aktif bersama Mafindo mengedukasi masyarakat melalui Program Tular Nalar Sekolah Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia, ia sudah aktif berkolaborasi dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia (Japelidi) sebagai anggota melakukan sejumlah penelitian, diskusi dan penulisan buku literasi digital.
Berbagai pengalaman tersebut membawanya melangkah maju dan kini dipercayakan sebagai Koordinator Mafindo Jayapura dan PESAT Tanah Papua. Ia menuturkan bahwa berkecimpung di dua organisasi ini sangat mendukung profesinya sebagai seorang dosen dalam melaksanakan salah satu aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat selain pendidikan dan penelitian. “Ini adalah salah satu kewajiban dosen berkontribusi untuk negeri. Kekayaan sejati bagi saya, bukanlah semata-mata persoalan materi tetapi bagaimana membagi segala hal baik kepada orang lain sehingga mendapatkan bekal untuk menyelesaikan permasalahan dan menjawab tantangan dalam kehidupannya”, ujarnya.
Dr, Nahria menuturkan, persebaran informasi yang tidak sehat melalui berbagai platform media sosial menjelang pemilu cenderung mengalami peningkatan seperti pengalaman pada Pemilu tahun 2019 lalu. Kondisi ini jika tidak diantisipasi dengan baik, maka rawan menimbulkan konflik di masyarakat. Masyarakat harus diedukasi melalui program-program literasi digital sehingga masyarakat bisa berpikir kritis menghadapi informasi-informasi bermuatan hoaks, ujaran kebencian, politik identitas dan isu SARA dan lain-lain. Terlebih lagi pada masyarakat Papua dan Papua Barat yang termasuk dalam peringkat 10 besar tingkat literasi digital dengan skor Papua Barat 3,62 dan Papua 3,55 seperti yang diumumkan oleh kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) tentang hasil indeks Literasi Digital tahun 2022 lalu.
Dengan dasar inilah Mafindo akhirnya berinisiasi membentuk Paguyuban Ekosistem Informasi Sehat (PESAT) di Tanah Papua. Dengan hasil indeks Literasi Digital tersebut menandakan bahwa Papua dan Papua Barat memiliki peluang besar dalam menggerakkan organisasi pemberantas hoaks. Ini diharapkan mampu mewujudkan kedua provinsi ini minim sebaran hoaks, yang sebagaimana diketahui dampak hoaks dapat membingungkan dan bahkan bisa memecah belah masyarakat. Mafindo melihat adanya peluang berupa modalitas penangkalan informasi palsu yang sudah dimiliki masyarakat bisa dikembangkan menjadi sebuah imunitas untuk menangkal informasi palsu di media digital, melalui berbagai macam program yang ada di Mafindo.
Salah satunya adalah dengan memproduksi film Dunia Tanpa Hoaks “Ikan Pari” sebagai salah satu cara dalam mengaitkan masalah hoaks dengan masyarakat. Film ini menceritakan bagaimana situasi yang terjadi, yang mana sebagian masyarakat tidak tahu apa dan bagaimana isu ini bisa terjadi, serta sangat dekat dengan masyarakat karena mereka ada andil dalam memerangi hoaks.
Film ini didasari dari kondisi Pemilu 2019, yang mana Mafindo mencermati masifnya penggunaan hoaks sebagai senjata kontestasi politik. Mengingat efektivitas penggunaan hoaks pada pemilu lalu, diharapkan dengan adanya kegiatan pemutaran film, pembentukan PESAT Papua, dan Mafindo Jayapura, mampu menjadi pemacu semangat untuk bersama-sama memerangi maraknya gangguan-gangguan informasi. “Mafindo dan PESAT tidak mungkin sukses memerangi hoaks dan mengedukasi masyarakat tentang informasi sehat dengan berjalan sendiri tanpa kolaborasi dengan berbagai pihak. Kolaborasi merupakan wujud tanggung jawab bersama dalam mengatasi persoalan persebaran hoaks di masyarakat”, tutupnya.**