SENTANI, tabloidpapuabaru.com,- Pastor Jimmy Oentoro yang juga Key Note Speaker Konferensi Analisis Papua Strategis (APS) II meresmikan pembangunan Monumen Peradaban Baru Papua, menuju visi “Shalom Papua Emas 2041”, Sabtu, 14 Oktober 2023 malam.
Pembangunan monumen itu ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Pimpinan Lembaga WorldHarvest Pastor Jimmy Oentoro yang didampingi salah satu Penasehat APS, Dr. John Manangsang Wally.
Peletakan batu pertama di titik episentrum bumi, tepatnya di Bukit Foromokho, Netar, Kampung Nendali, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, negeri matahari terbit, tanah Tabi, Provinsi Papua itu telah terjadi sebuah peristiwa langka, yang diusung oleh Komunitas Analisis Papua Strategis (APS) dalam Konferensi II nya, di Hotel Horison Sentani mulai 13-14 Oktober 2023.
Ide pembangunan Monumen Peradaban Baru Papua ini diprakarsai oleh Dr. John Manangsang Wally.
Untuk itu, peluang ini perlu disambut dan disiapkan jalannya agar misi mulia menolong Papua itu bisa benar-benar terwujud.
Usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan kawasan peradaban baru bagi Papua itu, Pastor Jimmy Oentoro ketika ditemui wartawan menuturkan bahwa dirinya merasa terhormat telah diberi kepercayaan untuk meletakan batu pertama tersebut.
Dikatakannya, kawasan yang nantinya akan disebut sebagai pusat peradaban baru Papua ini memiliki tujuan yang baik, yakni untuk memberi semangat dan menyelaraskan iman.
“Karena firman Tuhan berkata, 2-3 orang sehati minta apa saja maka akan diberikan. Dokter John telah melakukan ini bersama keluarga dan masyarakat di Kampung Nendali. Saya berharap dari tempat ini benar-benar peradaban baru Papua tidak lagi negatif dari mulut kita, tetapi mulai malam ini (kemarin) Papua itu Shalom, utuh, sejahtera, bisa dan kuat di tengah pergumulan,” kata Pastor Jimmy.
Kata dia, saat Raja Shalom itu hadir dari tempat tersebut, maka semua yang percaya akan mendapat kekuatan dan kelimpahan.
Semoga dari tempat tersebut, mucul peace maker atau pembawa damai. “Karena mereka akan disebut Guyos atau anak-anak Allah,” sambungnya.
Sementara itu di tempat yang sama, dr. John Manangsang Wally sang pemrakarsa pembangunan monumen Peradaban Baru Papua itu menuturkan, kedepan di Bukit Foromoko itu akan dibangun sejumlah fasilitas umum.
Fasilitas itu adalah, Sekolah, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit Internasional, Hotel dan beberapa fasilitas umum lainnya.
Kata dr. John seluruh fasilitas yang akan dibangun di bukit tersebut ke depan akan memberikan dampak dan manfaat yang baik bagi seluruh masyarakat yang adai di Tanah Papua.
“Sehingga orang yang datang ke sini, nantinya mereka bisa menikmati fasilitas yang ada sekaligus belajar, terinspirasi dan juga mendapat berkat disini,” ujarnya.
Selain itu, dr. John mengungkapkan, bahwa di bukit Foromoko itu akan dibangun satu monumen Peradaban Baru Papua.
“Monumen Peradaban Baru Papua, karena kami sudah konferensi dua hari dan kita sudah sepakat menuju Papua Emas 2041,” ungkapnya.
Untuk menuju ke Papua Emas 2041, lanjutnya, maka jalan itu yang akan dicari dan ditempuh agar bisa mencapainya dengan tepat. “Sehingga di 2041dapat terwujud Papua emas,” cetusnya.
Lebih jauh dikatakannya untuk mencapai Shalom, seluruh masyarakat Papua perlu memperbaharui hidup dan meninggalkan cara lama.
Tidak boleh lagi orang Papua hidup dengan cara yang pesimis, tidak percaya diri, merasa lemah, iri hati dan lain sebagainya itu haruslah ditinggalkan.
“Kita mau masuk ke peradaban baru yang satu hati, satu pikir, satu langkah dan satu gerak. Kita punya harapan dan target yang jelas,” tambahnya.
Sebab itu, pria yang akrab disapa JMW inipun mengajak kepada seluruh masyarakat Papua untuk kembali bersatu membangun Papua dengan cara terbarukan, agar Papua Emas di 2041 itu dapat terwujud.
Untuk pembangunan monumen Papua Peradaban Baru yang akan di bangun di Bukit Foromokho, dr. John mengatakan bahwa monumen itu nantinya akan dilapisi oleh emas asli Papua.
“Kita ini kaya akan emas dan sumber daya alam lainnya. Monumen ini nanti akan kita lapisi dengan emas yang kita ambil langsung dari Tembagapura,” pungkasnya. (ewako)*