SUPIORI. PapuaBaru.Com,- Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, M.Th dalam sambutannya pada perayaan HUT PI ke-113 Maudori Supiori, Senin (26/4) kemarin mengatakan, dalam konteks tanah Papua saat ini, ada begitu banyak peristiwa-peristiwa yang di katakan sebagai cara kerja dari kuasa kegelapan.
“Saya bisa menyebut beberapa diantaranya. Kalau hari ini orangnya suka jual-jual tanah, tidak merawat dan mengolah tanah itu, itu juga bagian dari kuasa kegelapan. Menjual tanahnya dan pada akhirnya tidak memiliki tanah lagi untuk generasi mendatang, itu bagian dari kuasa kegelapan,” terang Pdt. Andrikus Mofu.
Yang berikut, kata dia, minuman keras (miras) yang merajalela menghantui kehidupan. Menghantui kehidupan umat, menghantui kehidupan masyarakat, itu bagian dari kuasa kegelapan.
“Hari ini ada gerakan-gerakan yang membuat sesuai refleksi firman Tuhan tadi (kemarin, red), orang tidak berpegang kepada kebenaran injil. Mulai lari sana, ikut sini. Pindah sana, pindah sini. Itu bagian dari kuasa kegelapan,” ujarnya.
Lanjut Pdt. Andrikus, ada begitu banyak hal yang terjadi ketika tidak konsen untuk membangun. Untuk melaksanakan tugas, mensejahterakan, membawa keadilan dan kehidupan baik bagi masyarakat, itu bagian dari kuasa kegelapan.
“Itulah sebabnya saya pesankan sekali lagi untuk para Manbri, anak-anak Biak. Anak-anak dari pulau Manbri ini, yang hari ini diberikan kewajiban, diberikan jabatan. Kerjakan sesuai jabatan itu untuk mendatangkan kesejahteraan, kehidupan yang baik dan masa depan yang baik untuk masyarakat,” jelas dia.
Ini pesan injil, sambungnya, pesan kehidupan. Bukan hanya mati barulah menikmati sorga sana, tetapi kebaikan untuk kesejahteraan itu harus dihadirkan, harus dinyatakan di tengah-tengah kehidupan nyata ini.
“Puji Tuhan, kemarin saya katakan sekali lagi di Korem, Distrik Biak Utara. Ketika hari ini ada masalah pandemi covid, di beberapa belahan bumi ini orang-orang kesulitan memperoleh makan. Tetapi hari ini japan (keladi, red) tumbuh dimana-mana, ini kita tanam. Tanah kita ada ubi-ubian, ada hasil bisa kita makan. Laut tersedia ikan, itu bagian dari karya dan kasih Allah bagi kita semua, kisah Pdt. Andrikus menjelaskan.
Menurut dia, karena itu pesan kekinian bagi semua, ialah menjaga dan merawat kehidupan dan alam yang Tuhan berikan.
“Ini tempat yang sangat bersejarah, tempat dimana bukan hanya kita bertemu secara momentum. Kita datang hanya untuk memperingati, dan semua hal yang terjadi di sini, hanya terjadi secara seremonial. Tapi saya percaya bahwa di sinilah kita juga menemukan kembali jati diri, siapa kita yang dipertemukan Allah lewat kasih dan injilNya,” terangnya.
Tambah Pdt. Andrikus, dirinya menyampaikan pesan kepada pemerintah kabupaten Supiori agar mungkin kedepan dapat memperhatikan akses menuju tempat bersejarah tersebut. Supaya aksesnya lebih baik, lebih lancar.
“Saya pikir ini bagian yang juga harus dikerjakan waktu-waktu ini, karena ada waktu dimana kita tidak bisa bekerja lagi. Tetapi ketika Tuhan memberikan waktu dan kesempatan bagi kita, lihat dan kerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan,” pungkas dia.(Andi/Mozes)