Oleh : Hendrina Aplena Rogi, S.Pd (Mahasiswa MMP UNCEN)
Gerakan literasi sekolah merupakan yang berbentuk kegiatan partisipatif dalam melibatkan warga sekolah agar peserta didik terbiasa membaca. Berbagai penelitian mengatakan bahwa kemampuan litererasi siswa di Indonesia cukup memprihatinkan. Berdasarkan pengalaman penulis, perpustakaan yang seharusnya dijadikan tempat untuk membaca buku hanya dijadikan tempat menyimpan buku. Maka dengan gerakan literasi sekolah (GLS) ini diharapkan kemampuan literasi membaca siswa (peserta didik) mengalami peningkatan.
Gerakan literasi sekolah (GLS) terdapat dalam peraturan Kementerian permendikbud Nomor 23 tahun 2015 yang berisi tentang penumbuhan budi pekerti. Salah satu kegiatannya adalah membaca sekitar 10 hingga 15 menit ketika hendak memulai pembelajaran. Gerakan literasi sangat penting, karena dengan adanya hal ini budaya membaca akan semakin tumbuh, serta lebih menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Rendahnya minat baca disebabkan oleh berbagai faktor. Beberap faktor yang membuat rendahnya minat baca di Indonesia yaitu :
- Pekembangan teknologi yang makin canggih (banyak hiburan, permainan game, dan tayangan tv yang tidak mengedukasi).
- Sarana untuk memperoleh bahan bacaan masih minim.
- Kurang motivasi untuk membaca
Literasi juga sangat penting bagi siswa karena keterampilan itu akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar dan kehidupannya. Literasi yang baik dapat mengasah berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, tingkat literasi siswa dapat menentukan posisi siswa di masa yang akan datang.
Sebab itulah, pembelajaran literasi dikemas dengan baik oleh pemerintah untuk mencapai visi pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas pendidikan, untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral dan untuk meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
Dengan adanya kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik.
Rendahnya literasi membaca bangsa kita menyebabkan SDM kita tidak kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai akibat lemahnya minat dan kemampuan membaca dan menulis. Membaca dan menulis belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Selai itu,jumlah perpustakaan dan buku-buku jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan, permasalahan budaya membaca belum dianggap sebagai critical problem, sementara banyak masalah lain yang dianggap lebih mendesak.
Gerakan literasi sekolah yang sebelumnya sudah diluncurkan ole Kementerian, sederhananya, setiap anak di sekolah diwajibkan membaca buku-buku bacaan cerita lokal dan cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam materi bacaannya sebelum proses pembelajaran kelas dimulai. Secara luas, literasi yang dimaksud disini lebih dari sekedar membaca dan menulis. Hal ini juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.
Penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur ini penting dilakukan sejak dini sebab proses pendidikan sejatinya bukan hanya untuk mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas emosional dan spiritual. Harus diakui, salah satu kekeliruan besar dalam sistem pendidikan kita adalah sangat mengedepankan kecerdasan intelektual, namun mengenyampingkan pembelajaran yang mengandung nilai-nilai moral.
Guru memiliki peran penting dalam merangsang siswa untuk belajar ,sehingga dalam dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang komprehnsif serta progresif agar bisa memotivasi rasa ingin yahu siswa dan memicu siswa untuk berpikir kritis. Dalam pengembangan pembelajaran, guru juga harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar, seperti mendorong siswa untuk membaca buku-buku yang berkualitas, karena kegiatan membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan siswa untuk kreatif dan berdaya cipta.
Gerakan litertasi akan berhasil jika berjalan secara holistik. Selain sekolah, orang tua, perpustakaan, pemerintah, dan pihak swasta pun harus bersama-sama mendukung dan mewujudkan gerakan literasi.**