Melihat Upaya Mapian Biodiversity Conservation (MBC) Dalam Upaya Penyelamatan Penyu Belimbing di Kabupaten Supiori.
22 Agustus lalu, Bupati Supiori, Drs. Yan Imbab bertempat di Kampung Wafor,Distrik Supiori Timur secara resmi melepas ke laut, penyu belimbing (Dermochelys coriacea) setelah spesies langka tersebut bertelur di pantai tersebut. Bagaimana Upaya Mapian Biodiversity Conservation dalam upaya penyelamatan penyu belimbing?
Laporan : Yamander Yensenem – Supiori
Suasana pantai pasir panjang Wafor, Kampung Wafor, Distrik Supiori Timur, Kabupaten Supiori, Sabtu (4/9) tidak seperti biasanya, sekumpulan anak muda energik sedang melakukan monitoring perhitungan telur dan memindahkan telur penyu belimbing setelah sebelumnya warga kampung dikagetkan dengan mendaratnya penyu belimbing pada 22 Agustus silam,untuk bertelur.
Usut punya punya usut, para anak muda ini berasal dari komunitas Mapian Biodiversity Consevation (MBC), sebuah komunitas yang dibentuk pada 5 Juni 2021 di Kampung Syurdori yang diprakarsai oleh Armando Faknik dari Sahabat Penyu dan Marthen Luther Wabiser dari Soma Papua yang konsen mendorong adanya perbaikan ekosistem hayati Supiori serta Kepulauan Mapia.
Tentu bukan perkara gampang dalam mengadvokasi warga untuk mendukung upaya penyelamatan penyu belimbing, namun tidak menyurutkan niat MBC untuk terus menggelorakan semangat menyelamatkan salah satu spesies penyu terbesar di dunia ini, dengan menjaga populasi hewan yang bertahan hidup dengan makan ubur-ubur ini.
Menemukan penyu belimbing yang bertelur di pantai Wafor bukan pemandangan baru, mengingat pantai tersebut, menjadi salah satu tempat dimana sang penjelajah samudera ini bertelur.
Hasil monitoring yang dilakukan oleh komunitas MBC dimana penyu belimbing tersebut bertelur sebanyak 143 telur, dengan rincian telur besar sebanyak 87, telur kecil sebanyak 52 serta 4 telur yang rusak, dengan diluar dugaan mengingat laporan tahunan IUCN (International Union for Conservation of Nature) atau lembaga internasional untuk konservasi alam yang memperkirakan penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim, setiap kali sebanyak 60 sampai 129 telur.
Sektretaris Komunitas MBC, Armand Faknik kepada Suara Perubahan Online menyebutkan pihaknya memindahkan telur penyu belimbing yang masuk bertelur di Pantai Wafor pada 22 Agustus lalu.”Setelah ditemukan, telur penyu kemudian kami pindahkan ke tempat yang baru karena tempat pertama (sarang,red), suhunya basah,”ungkapnya.
Menurut aktivis sahabat penyu ini, pihaknya saat ini baru bekerja dan belum mempunyai peralatan yang memadai, dimana pihaknya memerlukan peralatan yang bisa mengukur suhu pasir, dimana bisa mengukur suhu pasir, agar penyu tersebut bisa selamat.
“Telur yang dpindahkan itu diantaranya telur berukuran besar sebanyak 87 telur, berukuran kecil sebanyak 52, rusak sebanyak 4, jadi jumlah semua 143 telur,”imbuhnya.
Dikatakan, dari perhitungan yang dilakukan MBC dimana dari bulan Agustus hingga Oktober, dimana telur tersebut diprediksi menetas pada 25-26 Oktober atau sesuai dengan masa inkubasi dari penyu belimbing 55-60 hari.
“Setelah (masa inkubasi,red) menjadi tukik (sebutan untuk anak penyu)kita kemudian pindahkan dan tangkarkan ke dalam boks yang berisi air selama 1-2 minggu, setelah itu baru kita lepas kembali laut atau habitatnya,”katanya.
Selain soal waktu, banyaknya penyu yang dilepaskan ke laut juga sangat berpengaruh terhadap eksistensi mereka di masa depan.
Armand menuturkan bahwa secara alami, penyu akan mendekati lautan secara bergerombol. “Jika memang di makan atau dimakan hewan laut lainnya, tidak akan habis semuanya (dimangsa). Sedikitnya ada beberapa persen yang masih hidup. Nah kalau melepaskan tukiknya cuma satu atau dua ekor, risiko dimangsanya akan lebih besar,” papar dia.
Meski Komunitas MBC baru berjuang, ujar Armand, tidak menyurutkan niat pihaknya untuk terus mengkampanyekan penyelamatan spesies langka di dunia ini.”Kami bersemangat untuk terus melakukan edukasi, dan tentu program kerja kita kedepan adalah terus mengadvokasi tempat-tempat yang menjadi daerah imigrasi penyu seperti Kampung Wafor,”ujarnya.
Tak hanya itu, demi pendataan penyu belimbing, Armand menuturkan pihaknya bakal melakukan investigasi perhitungan dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kita tentu mencari data tentang berapa banyak penyu belimbing yang sebelumnya dibunuh atau telurnya yang dimakan, tentu kita berharap mendapat data yang valid,”tuturnya.
Pihaknya mengharapkan masyarakat Supiori untuk bagaimana menjaga pelestarian penyu belimbing yang mendekati kepunahan dengan tidak membunuh atau merusak telur, ketika menemukan penyu belimbing tersebut sedang bertelur di pinggiran pantai.
“Penyu secara alamiah, dimana begitu dia datang untuk bertelur disini, ketika dia kembali ke laut, dia pasti kembali ke tempat tersebut,”bebernya.
Dirinya menjelaskan populasi dari penyu belimbing kalau dimakan atau dibunuh, tentu berpengaruh terhadap habitat laut, apalagi penyu belimbing masuk ke dalam kategori spesies yang terancam punah pada beberapa organisasi konservasi.”Ini yang jadi perhatian kami untuk bagaimana terus berupaya dalam penyelamatan penyu belimbing, meskipun baru tentu MBC siap untuk bermitra dengan pemerintah dan mitra kerja lainnya,”jelasnya.***