JAYAPURA.tabloidpapuabaru.com,- Musyawah Besar (Mubes) III Kainkain Karkara Byak (KKB) dilaksanakan pada Kamis 29 -31 Agustus 2024 di Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua dan dibuka secara resmi oleh Penjabat (Pj) Bupati Biak Numfor, Sofia Bonsapia,SH, M.Hum,. Dihadiri oleh peserta dari 9 bar di Biak, kemudian dari Raja Ampat, Timika, Keerom, dan sejumlah daerah lainnya.
Manfun Kawasa Byak , Apolos Sroyer dalam sambutan pada pembukaan Mubes Kainkain Karkara Byak menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh masyarakat adat Biak dimana saja berada. Atas kepercayaan yang diberikan selama lima tahun melaksanakan tugas dan urusan-urusan adat khususnya bagi masyarakat Biak yang ada di Biak dan yang ada di lura Biak (rantauan).
“syukur bagi mu Tuhan, atas kesempatan yang Engkau berikan kepada kami untuk terus bekerjalah bagi negeri mu, pertama ucapan terima kasih saya, kepada seluruh masyarakat adat Byak yang terrepresentasi melalui para mananwir keret, mananwir mnu, mananwir sup fyor, dan para mananwir bar, juga staf badan pekerja harian, sudara sekretaris dan seluruh staf. “saya juga berterima kasih kepada mitra-mitra kerja dari pada Kainkain Karkara Byak, secara khusus pemerintah daerah Biak Numfor dalam hal ini Ibu Pj Bupati yang pada hari berkenan hadir bersama dengan seluruh para mananwir untuk boleh membuka Mubes ketiga Kainkain Karkara Byak ini,” ujar Sroyer.
Manfun Apolos Sroyer menyebutkan bahwa, tema pelaksanaan Mubes KKB tahun 2024 ini adalah “ Perlindungan hak-ahak masyaraat adat dalam Pembangunan Berkelanjutan, sementara Sub Tema : Kowor Insama Kokenem”.
“ jadi tema ini merupakan tema besar masayarakat adat Sedunia tahun 2024, kemudian kami hubungkan dengan Wor sebagai bentuk komunikasi atau sebagai pujian orang-orang tua kita dimana adat adalah Wor. “jadi kitong bikin wor supaya kitong hidup, artinya kitong bikin adat supaya kitong hidup,” ujar Manfun menjelaskan.
Wor dilakukan memberi makna sangat mendalam memiliki nilai spiritual, bahwa langit dan leluhur dan semua alam pencipta roh-roh nenek moyang roh-roh alam semesta itu akan memberikan berkat, akan memberikan semua yang dibutuhkan oleh manusia, oleh karena itu orang Biak selalu melakukannya dalam bentuk Wor.
Manfun Apolos Sroyer menyebutkan Adat (wor) sudah ada sejak seseorang mulai dari dalam kandungan, lahir, besar sampai mati bahkan sampai tempat yang disebut KORERI (keabadian yang kekal) itu dipahami oleh Suku Biak.
Makanya ada sebutan Sup Sasor artinya orang Biak hidup di Sup Sasor, meliputi alam darat, laut, tanah bumi artinya negeri yang harus dijaga dilestarikan, negeri yang menghidupi kita.
Untuk itu kepada manusia Byak yang disebut dengan snonggaku (manusia mulia, manusia sejati) yang terdiri dari Man dan Bin = man itu laki-laki, Bin itu perempuan. Mereka dua ini beranak cucu dan terus berpegang pada adat istiadat turun temurun dan akan mewarisi tanah alam semesta ini untuk kehidupan mereka tetapi juga untuk masa depan.
“ Nja sesasor ‘na srabe wonda ido Siwor, srabe sup samom ido Siwor , awe sifrur apanaknik ido Siwor, Anum besop siwor, yakyaker siwor, ronayafa kame siwor kukerna, siwor samande manseren byaki byuko Barakas,” artinya orang Biak kalau mau mencari ikan di laut harus lakukan wor atau meminta kepada Tuhan, begitupun mau berkebun atau acara apapun harus meminta pada Tuhan,” Ungkap Manfun dalam bahasa Biak.
Apolos Sroyer dalam sambutannya mengingatkan seluruh masyrakat Byak, agar mencintai kebudayaannya, adatnya alam dan segala isinya. Hal itu ditekankan berulang kali sebab kehidupan masyarakat adat saat ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
“Nah hari ini kita berada pada kemajuan era teknologi dan perubahan sehingga tentu mempengaruhi. Keadaan-keadaan zaman dulu tidak seperti saat ini lagi. Dulu itukan semua ada, contoh ikan besar di laut biasa sampai ke pingir pante, dihutan masih ada kayu besar, orang tua dorang tebang dan bikin perahu-perahu besar untuk dayung keman-mana. Itu masalah-masalah yang terjadi sehingga kita tidak bisa salahkan siapa-siapa,” urainya.
Dengan perkembangan Zaman Inilah yang membuat perkembangan orang Biak kehidupannya suda mulai berubah, kasih itu mulai terkikis, nilai-nilai Babe Oser, Babe Kayame, Babe Syowi banyak hilang. Belum lagi orang luar masuk dengan perdagangan persaingan, ekonomi bisnis mulai terkikis, otomatis orang Biak mengalami perubahan-perubahan.
Keretakan-keretakan didalam Suku Biak, itu tentu sangat besar sekali tetapi kitong harus sadari itu bahwa, apakah perubahan-perubahan ini dia akan baik untuk kita ataukah dia akan menghancurkan masa depan kita,
Untuk itu Manfun Apolos Sroyer berharap kepada para Mananwir yang adalah orang-orang (snon kaku) laki-laki sejati, mananwir itu adalah pemilik-pemilik tanah , pemilik negeri yang harus merepresentasikan adat kebudayaan suku Biak, kedalam bentuk-bentuk yang menyadarkan orang Biak bahwa ada keretakan, ada kerusakan maka bagaimna itu dibangun kembali.
Bangun kembali Babe Syowi, Babe Oser, Kobe Kayeme, yang harus dimulai dari keret karena kekuatan adat itu ada di keret. Karena Keret yang punya adat, keret yang punya tanah, keret yang punya Manseren, keret yang punya Kawasa, itu semua ada di keret.
Diharapkan melalui Mubes III Kainkain Karkara Byak akan menghasilkan kesepakatan bersama untuk masa depan orang Byak.
Manfun Apolos Sroyer mengajak semua mananwir untuk duduk bersama memberikan masukan-masukan dan pikiran-pikiran yang baik untuk masa depan masyarakat adat Byak.
Diketahui juga bahwa dalam Mubes akan didorong atau menanbah 3 badan yang dianggap sangat strategis untuk terus mengawal, Kebudayaan Suku Biak. Tiga badan itu antara lain Dewan Kode Etik, tujuannya agar sebagai fungsi control agar supaya para mananwir tetap bekerja dalam koridor , jika ada yang melakukan pelanggaran-pelanggaran adat , maka akan disidangkan di Sidang Kode Etik.
Selain itu KKB akan mendorong badan Peradilan Adat dan Badan pelaksanaan harian . “Naih itu badan-badan baru yang akan kami bentuk termasuk Manwaren. Kami akan dorong Manwaren sebagai penjaga-penjaga Kampung, pengawal-pengawal hukum adat, di setiap Er, Mnu dan Bar,.” Tutup Manfun. (Erick Kbarek)**