SUPIORI. PapuaBaru.Com,- Injil yang telah diletakkan oleh Petrus Kafiar, yang dikhotbahkan dan terus diajarkan oleh gereja, khususnya GKI di Tanah Papua. Injil itu yang diajarkan. Di luar dari injil yang diajarkan oleh GKI di Tanah Papua, yang terus diberitakan dan disampaikan di luar itu adalah dongeng, di luar itu adalah ajaran-ajaran sesat.
Hal itu dengan tegas disampaikan Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, M.Th dalam sambutannya di penghujung perayaan HUT PI ke-113 tahun Maudori Supiori, Senin (26/4) kemarin yang dipusatkan di Kiamdori Distrik Supiori Barat, Kabupaten Supiori.
“Bagi kawasa semua, saya ini anak Biak. Saya punya kampung di Ampubukor, Distrik Biak Barat. Memang orang tua sudah merantau keluar lama, dan kami punya kampung kedua itu di Mandori. Nah karena itu, sebagai Manbri dan anak Biak, dalam sambutan sebelumnya sudah saya tegaskan supaya kita menjaga dan merawat injil,” ungkap Pdt. Andrikus Mofu.
Kata dia, karena itu yang ditinggalkan oleh orang tua-orang tua dulu, oleh pembawa injil yang adalah para moyang-moyang. Injil yang diterima oleh masyarakat di pulau Mansinam, kemudian oleh mujizat Tuhan, dibawa dan diantar juga oleh Apuse Petrus Kafiar.
“Dengan ajaib dan keajaiban cara Tuhan, dia (Petrus Kafiar, red) diambil secara paksa dari kampungnya Maudori, tetapi kembali telah meletakkan injil itu,” terangnya.
Di luar injil, bilang Pdt. Andrikus, adalah dongeng, di luar itu adalah ajaran-ajaran sesat. Maka sebagai Manbri yang hadir, dirinya pastikan bahwa hal itu berlawanan dengan ajaran yang sudah diajarkan oleh GKI.
“Saya pastikan itu. Dan untuk memastikan itu perintahnya jelas dan tegas sebagai anak Manbri yang terima revo itu, yang menjaga itu. Siapa yang berlawanan dengan injil dan ajaran yang diberitakan itu, maka tidak hanya berhadapan dengan kami, tetapi bisa berhadapan dengan hukum. Ini saya pastikan untuk kita semua,” jelasnya tegas.
Terang dia, itulah sebabnya, dirinya ingatkan di tempat peradaban injil masuk (Maudori, red) tidak boleh ada ajaran lain, tidak boleh ada ajaran-ajaran sesat.
“Saya pastikan ini. Sekali lagi, kalau ada bawa ajaran sesat di sini, perintahnya jelas. Ini perintah sebagai Manbri, saya perintah jelas. Tadi saya sudah tunjukkan kalau kampung saya itu Ampubukor, Biak Barat yang ada bermasalah juga dengan ajaran sesat. Dan kalau saya urus sebagai anak Manbri di Biak Barat, kalau tidak saya akan urus dengan cara lain,” beber Pdt. Andrikus.
Itulah sebabnya, lanjutnya, perintahnya jelas. Injil itu dijaga dengan baik, mewartakan dan mewariskan injil yang baik dan benar itu kepada generasi-generasi yang ada maupun yang akan datang.
“Saya pesan untuk kita semua, hari ini tugas kita, tugas jemaat ialah menjaga injil itu. Hidup dalam ketaatan ibadah, bekerja mencari nafkah, hidup dan lihat bahwa kita nanti pasti masuk di sorga sana. Jadi jangan bikin sorga-sorga sendiri,” ucap dia.
Andrikus menegaskan, seperti yang disampaikan oleh Kapolres Sipiori, AKBP Moh. Darotdjat Daimboa. Dimana semua hal yang berkaitan juga di Supiori, dirinya sudah mendapatkan berita juga dari Kapolres Supiori.
“Saya akan singgah di Polres, dan saya pastikan bahwa perintahnya jelas. Siapa yang berlawanan berurusan dengan hukum, tidak ada alasan,” ungkapnya tegas.
Lanjut, tidak ada bikin gunung-gunung penyembahan. Menurut dia, tempat penyembahan itu datang ke gereja. Ada pelayanan dari para pendeta, ada pelayanan dari majelis jemaat.
“Itu tugas kami yang melayani. Jadi jangan datang bikin penyembahan-penyembahan di gunung, tidak ada. Ini saya perintahkan hari ini, dan saya tidak boleh dengar lagi itu. Hari ini (kemarin, red) saya bicara di sini, dan di pusat peradaban ini, saya tidak boleh dengar lagi,” bilang pdt. Andrikus.
Kalau bukan anak Biak yang bicara, tuturnya, mungkin bicaranya lain. Tapi sebagai anak Manbri, dirinya berbicara jelas.
“Saya bicara jelas, karena warisannya jelas juga kepada saya. Saya juga adalah penerus dari Rumainum, saya juga penerus dari Rumsarwir. Saya juga adalah penerus dari Koibur, yang adalah pimpinan-pimpinan sinode. Ada ibu Krey, juga satu kampung dengan saya dari Ampubukor Biak Barat dan juga ke Mandori,” ucap dia mengisahkan.
Sambung Pdt. Andrikus Mofu, warisan-warisan ini jelas. Garis lurus dari Almarhum Rumainum, Mamoribo, Rumsarwir, Koibur, Sawen, Sabarofek dan Krey.
“Saya sebut yang Biak-Biak ini. Dan hari ini saya, jelas. Warnanya jelas, aturannya jelas. Doktrinnya jelas, tidak ada doktrin-doktrin lain. Jadi siapa yang miring-miring dan bikin doktrin yang lain, itu berhadapan dengan apa yang saya katakan hari ini (kemarin, red). Ini jelas dan tegas,” ujarnya.
Karena itu, terang dia lagi tegas, siapa yang sudah bikin jalan-jalan lain agar cepat kembali ke jalan yang lurus. Tidak boleh bikin gerakan-gerakan tambahan.
“Itu yang saya sampaikan hari ini (kemarin, red). Memang tidak baik dan mungkin tidak enak bagi saudara lain yang dengar ini, tetapi ini perintahnya jelas,” ucap Pdt. Andrikus.
Tambahnya, kalau dirinya tidak menyampaikan ini, maka dirinya tidak juga bertanggung jawab sebagai anak Manbri di sini (Maudori Supiori, red), yang saat ini dikase revo dan dikase tongkat ini.
“Tongkat ini dikase oleh gereja kepada saya sebagai ketua sinode GKI di Tanah Papua. Oleh sebab itu, saya harus mengawasi juga dengan tegas ajaran gereja ini. Ini yang perlu saya sampaikan,” tutup Pdt. Andrikus Mofu.(Andi/Mozes)