SENTANI,tabloidpapuabaru.com,- Masih ingat aksi vandalisme berupa menggambar bendera Bintang Kejora (BK) di tembok pagar Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura, yang terjaadi pada Jumat, 10 Maret 2023 lalu.
Ketua Pemuda Pancamarga (PPM) Kabupaten Jayapura Nelson Yohosua Ondi menilai aksi itu merupakan bentuk tindakan teror dan ingin merong-rong roda pemerintahan yang dipimpin oleh Penjabat (Pj) Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo.
“Dengan tegas, saya menyatakan bahwa terkait dengan dinamika aksi vandalisme yang dibuat di pagar ujung bagian barat dari kantor Bupati itu, yang kami dapat dari hasil amati dan juga turun untuk mencari informasi terhadap aksi (vandalisme) ini besar kemungkinan dan juga besar dugaan kami dibuat aksi ini adalah aksi teror terhadap Pj Bupati Jayapura,” kata Nelson Ondi ketika menjawab pertanyaan wartawan di Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Selasa, 14 Maret 2023 malam.
Pada akhirnya, aksi vandalisme berupa menggambar bendera Bintang Kejora di kantor pemerintahan Kabupaten Jayapura ini diduga ada aktor dibalik kejadian ini.
“Saya duga aksi ini digunakan oleh oknum-oknum intelektual yaitu, kami lihat bahwa ada aktor dibelakangnya,” ungkap pria yang akrab disapa NYO ini.
Ia menilai, aksi vandalisme ini dimainkan secara rapi oleh oknum-oknum aktor intelektual.
“Yang mana, mereka memainkan peran secara rapi untuk menggerakkan atau ada indikasi bahwa ada gerakan kelompok-kelompok orang untuk melakukan aksi ini. Apalagi kita ketahui bersama, bahwa Pj Bupati Jayapura inikan per tiga bulan di evaluasi. Jadi, dalam momen saat inikan kita ketahui mendekati 100 hari kerja dan juga momentum yang mereka cari itu memang harus situasinya pas,” tambahnya.
Ia juga menilai, aksi ini tentu tidak mungkin terjadi begitu saja, melainkan ada aktor yang mungkin memainkan atau menggerakkan untuk melakukan aksi vandalisme tersebut.
“Kenapa saya bilang mencari situasi yang pas, karena di bulan Maret ini bapak Presiden Jokowi akan datang mengunjungi Papua, khususnya di Kabupaten Jayapura untuk kesekian kalinya,” kata Alumni Lemhannas Tahun 2014 ini.
“Jadi ini momen yang pas, mereka buat seperti seakan-akan kita lihat situasi politik Papua inikan gonjang-ganjingnya kan masalah yang telah kita ketahui bersama tentang bendera BK ini. Di mana, ada bentuk-bentuk tindakan pemberontakan dan pembunuhan di wilayah Papua pada umumnya. Sehingga momen itu mereka tarik dan terkesan ini dimainkan secara rapi,” sambungnya.
Untuk itu, Nelson Ondi juga meminta agar aksi vandalisme ini tidak dibesar-besarkan, yang seakan-akan aksi ini dilakukan oleh kelompok-kelompok dari sebelah atau yang berseberangan dengan NKRI.
“Sehingga itu menjadi acuan yang kuat dan menjadi penting bagi kami yang menganalisis secara akurat. Karena aksi inikan rentetan yang terjadi dan kita bisa feedback atau lihat ke belakang seperti waktu pelantikan maupun kedatangan Pj Bupati Jayapura itu ada aksi-aksi penolakan yakni, ada aksi demo dan juga ada aksi yang ingin kibarkan bendera Bintang Kejora,” imbuhnya.
Ia menganggap Pj Bupati Jayapura yang datang ini adalah orang yang bersih atau tidak punya kepentingan apapun di daerah ini. Pihaknya melihat dengan hadirnya Pj Bupati Jayapura ini banyak melakukan perubahan, di mana ada program-program pemerintah untuk pembangunan kepentingan umum itu semuanya dilakukan perubahan.
“Saya kasih satu contoh yaitu, ada salah satu pejabat di daerah ini yang berbicara di media mengenai akan dibangunnya fasilitas sekolah di Distrik Waibhu terkait permasalahan gedung SMPN 1. Tetapi, ketika beliau masuk kesini ada kepentingan rakyat, bahwa banyak masyarakat mau sekolah ini tetap berada di Kota Sentani dan akhirnya beliau putuskan bangunan ini tidak dipindahkan ke Waibhu, namun kembali persoalannya diselesaikan lagi di wilayah Sentani Kota,” ujarnya.
“Itu satu contoh ya, di mana Pj Bupati ini benar-benar peduli dengan kepentingan rakyat. Hanya kita tahu bersama, bahwa ada kelompok-kelompok yang merasa terganggu dengan kehadiran beliau. Sehingga mereka melakukan aksi-aksi yang dimainkan secara underground dengan rapi. Untuk itu, saya tegaskan agar matahari itu jangan terlalu banyak bersinar di lingkungan Pemkab Jayapura dan cukup satu matahari saja,” tambahnya.
Ia menganggap pelaku vandalisme di tembok pagar Kantor Pemerintah Kabupaten Jayapura itu melakukan aksinya dalam keadaan sadar.
“Dari aksi yang terjadi inikan dari pihak sebelah, contoh saya lihat di media waktu terjadinya kejadian kebakaran Pasar Baru Sentani itu, sudah jelas ada yang langsung buat statement klaim, bahwa mereka yang bertanggung jawab. Namun sampai saat ini, kita ketahui bersama tidak ada statement yang keluar dari mereka bertanggung jawab terhadap aksi vandalisme ini. Kita ketahui bersama, bahwa kelompok sebelah dalam membuat suatu aksi itu lebih condong dengan cara yang lebih ekstrim dibanding dengan aksi vandalisme,” ucapnya.
Nelson menduga pihak yang mensetting tujuannya dalam rangka menumpang isu yang sedang hangat diperbincangkan di Tanah Papua.
“Kami juga kuat menduga aksi vandalisme ini adalah aksi yang dilakukan oleh oknum elite politik lokal, yang hanya menumpang di isu yang sedang viral di tanah Papua. Sehingga kita harus jeli melihat aksi ini, mungkin kita jangan terlalu membesar-besarkan tentang aksi vandalisme tersebut. Ada aktor intelektual yang bermain dibelakang, yang sudah saya sampaikan dengan tegas di awal tadi, ini salah satu bentuk by design untuk mengganggu dan merongrong kinerja dari Pj Bupati Jayapura,” pungkas Ketua HIPMI Kabupaten Jayapura. (ewako)*