Kilas Balik 63 Tahun Jemaat GBGP Syaloom Sorendiweri (23 Desember 1958-23 Desember 2021)
Jemaat GBGP Syaloom Sorendiweri merupakan salah satu jemaat mula-mula GBGP di Biak dan Supiori, kini telah berusia 63 tahun bagaimana perjalanan?
Laporan : Tim Media Papua Baru – Supiori
Jemaat Gereja Bethel Gereja Pentakosta (GBGP) Syaloom Sorendiweri merupakan salah satu jemaat mula-mula GBGP yang ada di Pulau Injil Supiori, menilik kisah perjalanan jemaat ini mulai dengan Sloit Van Nederlands Neuguenia Van 17 Okotober Nomor 279 (Besluit dari Gubernur Nederlands Neuwguneia 1956 nomor 279 secara resmi GBGP di tanah Papua berdiri).
Doktrin atau pengajaran pinkster atau Pentakosta ini pada waktu itu berkembang dengan cepat oleh kuasa Tuhan di Neuwguneia atau Irian Barat termasuk Biak dan Supiori, maka pada tanggal 15 Oktober 1955 doktrin pinkster atau pentakosta ini dibawah masuk oleh Pdt. P.D Mariar di Kampung Miosarwai atau Duber sekaligus merupakan jemaat pertama yang dibangun oleh Pdt. P.D Mariar di Supiori.
Ajaran ini mulai berkembang di Pulau Biak dan Supiori setelah Gereja Bethel Gereja Pentakosta (GBGP) diakui dan ditetapkan oleh Pemerintah Nederlands Neuwguneia pada tanggal 17 Oktober 1956 nomor 81. Erdiesnt Gergonoostchapen Veklaring Dat De Bethel Kerk (Pinkkerkerk) The Holandia Ans Kergenooshap wordt aanggerkt.
Jemaat mula-mula yang dibangun oleh Pdt. P.D Mariar antara lain adalah Jemaat GBGP Miosarwai, Jemaat GBGP Sorendiweri, Jemaat GBGP Wafor, Jemaat GBGP Nyeundi, Jemaat GBGP Marsram, sementara itu untuk wilayah Biak Utara diantaranya Jemaat GBGP Warsa, Jemaat GBGP Makuker, Jemaat GBGP Wakris/Inswanbesi.
Ketika itu, di Kampung Sorendiweri ada dua keluarga yang pertama menerima doktrin pinkster atau ajaran Pentakosta adalah keluarga Frist Amunauw dan keluarga Benyamin Baab, namun kedua orang tua tersebut dan keluarganya terus mengikuti ibadah di Miosarwai dari tahun 1955-1958 dan pada tahun 1958, Pdt. P.D Mariar bertanya kepada Benyamin Baab yang tidak lain adalah anak mantunya, dengan berkata “ Mengapa engkau cape-cape datang ke Miosarwai untuk ibadah, kamu kan bisa bangun tempat ibadah di Sorendiweri dan ibadah disana dan Frist Amunauw menjadi gembala pada waktu itu,”
Kemudian, Benyamin Baab berkoordinasi dengan Frits Amunauw, akhirnya kedua orang tua ini sepakat sebuah tempat ibadah dengan diam-diam, kedua orang tua mencoba mengumpulkan bahan bangunan, namun tidak semudah yang dipikirkan dan direncanakan oleh keduanya, mengingat rencana untuk membangun sebuah gereja tercium oleh warga kampung Sorendiweri, akhirnya pada hari dimana kedua orang tua ini hendak memulai pembangunan gereja tersebut, datanglah seorang tamu tak diundang, tamu tersebut disuruh oleh ketua majelis jemaat setempat untuk menyampaikan pesan kepada kedua orang tua tersebut.
Almarhum dan almarhuma
Supaya membatalkan rencana untuk membangun gereja dan tidak boleh ada gereja Pinkskter di Sorendiweri, suruhan itu bolak-balik sampai tiga kali tetapi kedua orang tua itu tidak perduli dan tidak menghiraukan dengan kata-kata ancaman dan larangan yang disampaikan oleh majelis jemaat setempat.
Dengan satu tekad yang bulat dan penuh semangat kedua orang tua tersebut terus melanjutkan misi pembangunan tempat ibadah dan akhirnya kuasa Tuhan Yesus selaku kepala gereja maka pada akhir tahun 1958, tepatnya bulan Desember, pembangunan rumah ibadah tersebut dapat selesai dengan baik berkat campur tangan Tuhan.
“Puji Tuhan pada tanggal 23 Desember 1958, secara resmi Pdt. P.D Mariar meresmikan gereja tersebut, sekaligus digunakan untuk ibadah natal pertama jemaat GBGP di Kampung Sorendiweri,”ungkap penulis sejarah Jemaat GBGP Sorendiweri, Pdt. Esau Baab,Dip.Th kepada media Papuabaru via rilis yang dikirim.
Setelah diresmikan, maka Frits Amunauw dilantik sebagai gembala jemaat GBGP Sorendiweri dan Benyamin Baab sebagai penatua atau tua sidang, Frits Amunauw sebelumnya dibaptis pada tahun 1952 di Hollandia/Jayapura oleh Pdt. P.D Mariar dan setelah selesai mengikuti pendidikan sekolah alkitab yang didirikan oleh Pdt. P.D Mariar di Base G, Holandia.
Esau Baab menyebutkan oleh karena kasih dan kemurahan Tuhan, kedua orang tua itu, terus bertahan dalam pengiringan kepada Tuhan, walaupun banyak tantangan yang dihadapi oleh kedua orang tua tersebut.
”Tuhan punya gereja dan memberkati keluarga kedua orang tua kekasih ini, dengan menambahkan jiwa-jiwa dalam rumah tangga mereka, sehingga Benyamin Baab dan istrinya, Carolina Mariar dikaruania oleh Tuhan 12 orang anak yang terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan yang masih hidup hingga saat ini karena kemurahan Tuhan,”sebutnya.
Sementara itu berkat Tuhan juga dirasakan oleh Frits Amunauw dan istrinya, Alama Mariar yang dikarunia 10 orang anak, yang yang terdiri dari 6 orang anak laki-laki dan 4 orang anak perempuan, Tuhan terus memberkati jemaat kecil, sehingga datanglah jiwa-jiwa baru antara lain, keluarga Barnabas Imbab, keluarga Akonias Amunauw, keluarga Gersom Mansoben dan keluarga Geraldus Mansoben.
Pelayanan dalam jemaat ini berjalan dengan baik dan aman, namun Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja mempunyai rencana lain untuk mengembangkan pekerjaannya, sehingga pada tahun 1992, Pdt, Frits Amunauw dengan beberapa anggota jemaat lainnya dari Jemaat GBGP Syaloom Sorendiweri, beralih ke Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdi), yang saat ini adalah GPdi El Syadai Sorendiweri pada tahun itu pengembalaan dilanjutkan oleh Esau Baab dan dilanjutkan oleh Septinus Baab hingga hari ini.
Sebagai jemaat mula-mula, GBGP Syaloom Sorendiweri menjadi pionir bagi lahirnya beberapa gereja antara lain, GPdi El Syadai Sorendiweri, GBGP Yerusalem Paryem, GBGP Remes dan GPBP P.D Mariar.
”Mengapa saya berpikir seperti itu karena, anggota-anggota jemaat yang membangun gereja tersebut awalnya adalah anggota jemaat GBGP Syaloom Sorendiweri, karena itu lewat perayaan natal sekaligus HUT (Hari Ulang Tahun) berdirinya Jemaat GBGP Syaloom Sorendiweri yang ke 63 ini, saya mengajak semua warga gereja baik GBGP maupun GPdi dan GBI dan gereja-gereja lainnya. Marilah kita bersatu, bergandeng tangan untuk memberitakan injil kerajaan Allah menjelang kedatangan Kristus yang kedua kali,”bebernya.
Dirinya mengajak berbagai gereja untuk meruntuhkan tembok-tembok pemisah antara dominasi gereja yang satu dengan dominasi gereja lainnya.”Kita tetap bersatu sebagai keluarga Tuhan menjalin hubungan yang harmonis antara semua umat Tuhan menjelang kedatangan Kristus yang kedua kalinya,”pungkasnya.***