JAYAPURA.PAPUA BARU.COM, – Kisah Romawa For atau dalam bahasa Indonesia disebut Manusia Api yang menggambarkan tokoh dalam upacara sakral Apen Beyeren (Berjalan Diatas Batu), akhirnya di filmkan.
Film dokumenter pendek yang digarap oleh Sutradara Muhammad Ilham M. Murda dari Indonesia Art Movement (IAM), ini diharapkan mengangkat dan melestarikan nilai budaya Suku Byak.
Film dokumenter pendek yang merupakan kerjasama antara Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Papua dan Indonesia Art Movement (IAM), ini memberi pesan kisah heroik Romawa For.
Sutrada seakan tak kehabisan ide untuk menggarap film ini, mengingat film ini diangkat dari kisah nyata dengan cerita Apen Beyeren dan tokoh yang menginspirasi.
Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini, saking apik pengemasan narasi film dan sinematografinya, sehingga membawa penonton dalam suasana sedang menyaksikan pertunjukan Apen Beyeren.
Riset dan Penulis Naskah Film Romawa For, Yeheskiel Indamarei,S.Sos,MSi mengungkapkan nilai budaya dari Film “Romawa For” mentransformasikan beberapa nilai budaya diantaranya nilai budaya resiprositas suku bangsa Byak dalam menjaga relasi antara dua klen dalam periode tertentu dan berkelanjutan sampai titik kulminasi tertentu.
“Film Romawa For juga menyampaikan pesan agar penonton menjaga kesucian hidup (menghindari perbuatan tercela) dalam rangka memperoleh kesejahteraan dan kedamaian, “ungkapnya ketika ditemui di Jayapura, Selasa (19/10).
Dikatakan, Romawa For juga menyiratkan pesan akan perlunya kasih sayang dalam keluarga. “Harus ada kasih sayang diantara bapa, ibu dan anak-anak. Bapa, ibu dan anak-anak harus saling mengasihi dan saling menolong sampai ajal menjemput,”katanya.
Film dokumenter pendek tersebut, akhirnya diserahkan secara resmi oleh Indonesia Art Movement kepada BPNB Papua yang diserahkan langsung oleh Riset dan Penulis Naskah Film Romawa For, Yeheskiel Indamarei,S.Sos,MSi dan diterima oleh Asih Marni, S.Kom selaku Pengelola BMN BPNB Papua.
Untuk dapat menonton film dokumenter Romawa For, bisa mengakses langsung ke Kanal Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Republik Indonesia atau Bioskop keliling BNPB, mengingat film dokumenter ini hanya kepentingan penelitian dan tidak dikomersilkan. (Yan)