SENTANI, tabloidpapuabaru.com,- Wakil Sekretaris I DPD Partai Golkar Kabupaten Jayapura Early Ibo angkat bicara soal Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nasional Rukka Sombolinggi yang mengutarakan dua partai politik yang paling sering menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Masyarakat Adat di DPR RI yakni, Partai Golkar dan PDI Perjuangan.
“Seyogyanya perjuangan masyarakat adat adalah hal yang patut didukung dan mendapat perhatian semua elemen bangsa termasuk Pemerintah, partai – partai politik dan semua stakeholder,” ujar pria yang juga Fungsionaris Partai Golkar Kabupaten Jayapura tersebut, dalam rilisnya yang dikirim ke wartawan media online ini, Ahad, 30 Oktober 2022 pagi.
Dia menyoroti dengan keluarnya pernyataan Sekjen AMAN Nasional Rukka Sombolinggi pada pleno I momen Kongres AMAN VI tahun 2022 di Tanah Tabi, Papua, yang berlangsung di Stadion Barnabas Youwe, Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, pada 27 Oktober 2022 lalu itu adalah hal yang perlu diklarifikasi. Karena cenderung mendiskreditkan Partai Golkar yang telah 58 tahun menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa yang didalamnya ada masyarakat adat.
Menurut Early Ibo, bahwa dirinya tidak tahu dengan apa tanggapan para kader Partai PDI Perjuangan, yang nama partainya juga ikut disebutkan. Tetapi, bagi dirinya persiilahkan saja Sekjen AMAN Nasional itu melontarkan kritikan. Namun, gunakanlah bahasa yang elegan dan bermartabat.
“Bukan menyuruh orang – orang keluar dari partai kami, masyarakat adat itu terdiri dari individu – individu yang hak politiknya melekat erat pada hak asasinya masing – masing, termasuk dalam menentukan pilihan politik, mau bergabung kemana atau kepada partai mana, yang akan menjadi saluran aspirasi politiknya. Kalau seperti ini, maka saya berasumsi untuk apa dan ada kepentingan apa seorang Sekjen AMAN Nasional mengeluarkan statemen seperti ini?,” tutur salah satu pengurus Partai Golkar Kabupaten Jayapura ini.
“Apakah partai kami dalam usia setengah abad ini lebih tidak pernah berbuat apa – apa untuk bangsa ini yang didalamnya ada juga masyarakat adat?. Satu contoh perlu diketahui, bahwa dalam suksesi kongres AMAN VI banyak kader – kader kami dari berbagai latar belakang. Baik tokoh adat, swasta, politisi dan masyarakat biasa turut serta bekerja dengan pikiran dan hati yang tulus agar Kongres AMAN keenam ini dapat terlaksana dengan baik,” sambungnya.
Pria yang juga adalah Sekretaris KOSGORO 1957 Provinsi Papua ini berpesan bahwa “perjuangan melahirkan sebuah Undang – Undang (UU) bukanlah pekerjaan yang mudah. Ibarat datang audiens dengan Pemeritah dan DPR, kemudian pulang lalu besok hasilnya sudah jadi.
“Tetapi, perlu mengikuti kondisi dan dinamika politik itu sendiri. Karena itu, maka sangat realistis apabila AMAN juga dapat membagun komunikasi dan koordinasi yang baik dan bukannya melecehkan nama partai politik, serta menciptakan jarak. Kalau membangun celah negatif yang bukannya menyelesaikan suatu masalah, malah akan membuat sebuah perjuangan itu menjadi panjang dan tidak menentu,” pesannya.
Mengakhiri rilis persnya kepada media online ini, Early Ibo menyampaikan apresiasi dan pengharagaan kepada seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura, Pemerintah Kota Jayapura, Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah – Pemerintah Daerah di Tanah Tabi. Bahkan pihak – pihak yang telah mendukung terlaksananya Kongres AMAN ke- VI.
“Semoga semua aspirasi yang telah terakumulasi dari sarasehan – sarasehan maupun dalam pleno-pleno diberbagi tempat, baik di Kabupaten Jayapura maupun Kota Jayapura akan berproses sesuai dengan aturan dan mekanisme yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tuturnya.
“Sehingga lelah dan semangat yang terurai selama masa persiapan hingga pelaksanaan mendapatkan tempatnya yang sesuai. Dan pada Kongres AMAN ke- VII nanti itu dapat dipertanggung jawabkan sebagai karya nyata yang telah ditorehkan, hasil dari perjuangan semua masyarakat adat di Indonesia,” tukasnya. (ewako)*