JAYAPURA. Masyarakat Komplek Cigombong Kelurahan Vim Distrik Abepura Kota Jayapura pada Sabtu, 7 Mei 2022 dibuat Gempar dengan dentuman merdu suara puluhan Tifa, diikuti nyanyian khas suku Byak mengiringi arak-arakan ratusan orang yang hendak melakukan ritual adat pembayaran/antar Mas Kawin (ararem).
Prosesi adat antar Mas Kawin itu, dilakukan oleh keluarga Baab/Sroyer dari suku Biak kepada Keluarga Deda/Pulalo dari Suku Sentani. Ratusan masa pengantar Mas Kawin terdiri dari masyarakat yang datang langsung dari Kabupaten Biak Numfor plus Group Wor Mama-mama Kampung Sorido Biak yang diketuai oleh Anny Sroyer dan turut bergabung Ikatan-ikatan Keluarga yang ada di Jayapura ( Tabi), baik itu Ikatan Karuboy 3 kampung yakni Kampung Komboy, Kampung Manfias dan Kampung Yeruboy, Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor dan Ikatan Keluarga Besar Sroyer di Tanah Tabi.
Siang itu sekitar pukul 02.00 Wit, terdengar bunyi Tifa mengaung-ngaung menyambar setiap rumah dan gang-gang di kompleks Cigombong Kotaraja, setiap orang yang mendengar, bergegas keluar rumah untuk mengabadikan momen bersejarah itu.
Group Wor mama-mama Biak dari Kampung Sorido tampil memukau dan mendapat pujian dari hampir seluruh warga Cigombong dan sekitarnya, bahkan warga netisen Medsospun turut memberi pujian dan acungan jempol. Pasalnya Group Wor satu ini tampil beda dengan semua group tarian yang ada di Tanah air bahkan jarang sekali disaksikan atau ditonton secara langsung di daerah perkotaan, apalagi seluruh personilnya adalah berasal dari orang tua yaitu mama-mama atau Ibu-ibu.
Terdengar jelas ketika tabuhan tifa berbunyi diiringi alunan lagu-lagi ciri khas suku Biak dan dengan lompatan kecil-kecil sedikit lincah mengikuti gerak dan langkah yang diperagakan secara bersama-sama memutar mengelilingi lapangan Cigombong Kotaraja, Sabtu (7/5/2022) pekan kemarin.
Prosesi itu dilakukan sebagai simbol bentuk kehormatan dan harga diri dari keluarga laki-laki untuk dapat membawa istri, hidup berumah tangga guna meneruskan warisan keturunannya bagi marga/keret keluarganya.
Tradisi mengantar atau membayar mas kawin (Ararem) dalam bahasa Biak, dari pihak laki-laki kepada keluarga perempuan berlangsung secara turun temurun dari masyarakat adat suku Biak.
Tradisi Ararem tersebut merupakan warisan kekayaan budaya orang asli Biak Papua yang hingga kini masih tetap bertahan.
Budaya mengantar mas kawin dari masyarakat adat suku Biak itu dilakukan dengan membawa berbagai jenis piring, gelang (Sarak), guci, bahan makanan dan peralatan rumah tangga serta sejumlah uang. Berbagai barang itu dibawa keluarga laki-laki dan diantar bersama dengan iringan Tarian Wor ke rumah keluarga pihak perempuan.
Mengantar mas kawin dari keluarga laki-laki menjadi sesuatu yang sangat sakral. Mas kawin, menurut tradisi orang Byak, harus diberikan kepada keluarga perempuan yang kelak resmi akan menyandang status sebagai istri dalam ikatan keluarga keret atau marga.
Tokoh Adat Biak Elif Frits Sroyer saat ditemui sejumlah Wartawan di Kotaraja Kota Jayapura Sabtu, (7/5/2022) mengatakan, tradisi adat bayar Mas Kawin khusus untuk orang Biak sampai saat ini masih terus dipegang teguh.
“pembayaran mas kawin dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan khusus bagi kami orang Biak adalah sesuatu yang bersifat wajib, sehingga ketika ada seorang laki-laki yang hendak akan membayar Mas Kawin maka biasanya keluarga terdekat dan terkait lainnya berkumpul untuk atur dan menentukan waktu kapan untuk melakukan pengantaran Mas Kawin.
Bagi keluarga laki-laki dengan membayar mas kawin kepada keluarga perempuan merupakan warisan nenek moyang suku masyarakat adat orang Biak.
“Kebiasaan membayar mas kawin ini telah menjadi simbol keluarga suami dalam memenuhi hak hidup berumah tangga kepada istri atau calon pengantin perempuan,” ujar Elief Sroyer.
Apalagi Menurut Elif Sroyer, pengantaran atau bayar Mas Kawin kali ini prosesinya ada sedikit beda, karena harus disesuaikan dengan budaya masing-masing yaitu Biak bayar ke Sentani.
“Puji Tuhan, kami khusus dari pihak laki-laki Biak terima kasih sekali kepada dorang di pihak Sentani atau keluarga perempuan karena setelah berkomunikasi beberapa kali akhirnya kedua bela pihak sepakat untuk sepenuhnya menggunakan budaya Biak, walaupun dalam prosesinya ada juga alat pembayaran berupa komako batu dan manik-manik sebagai symbol budaya Suku Sentani,”Terang Elief.
Elif frits Sroyer berharap, kekeluargaan yang telah dibangun bersama lewat Budaya dan Adat istiadat dari kedua suku yang ada, agar tetap dipegang teguh sebagai satu kesatuan yang utuh dalam mengarumgi kehidupan masing-masing. “saya berharap apa yang hari ini kita lakukan bersama dalam sebuah prosesi Adat Suku masing-masing kiranya menjadi pemersatu bagi kedua suku Biak dan Sentani untuk terus hidup dan berkarya di bumi,”paparnya.
Diketahui bahwa prosesi antar Mas Kawin dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki Mozes Baab/Sroyer kepada keluarga perempuan Yulianti Deda/Pulalo, dengan iring-iringan Tarian Wor dengan membawa bendera merah putih menuju rumah keluarga perempuan di komplek perumahan pemda II Cigombong gang Regame Kotaraja Kota Jayapura.
Keluarga pihak laki-laki datang ke rumah keluarga perempuan untuk menyerahkan berbagai harta benda dan piring adat dan uang dengan harapan menjadi satu ikatan penerus warisan keluarga, marga atau keret.(Tim Liputan)**