JAYAPURA.PapuaBaru.Com,- Mantan-mantan pemain Persipura era 60-70 dan 80-an ini harus angkat bicara terkait dengan merosotnya tim Persipura hingga ada pada Zona Degradasi dibawah asuhan Jacksen F. Tiago yang bersusah paya di Liga 1 BRI musim ini.
Dengan melihat hal itu maka ada pergerakan hati dari mantan-mantan pemain Persipura untuk, memberikan motivasi dan dorongan agar tim ini jangan sampai degradasi tetapi mendorong pemain agar dipertandingan putaran kedua nanti bisa kembali dan mendapatkan kepercayaan mereka.
“Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin kita sampaikan sebagai pemerhati dan kita ini mantan pemain. Kita merasa bertanggung jawab untuk menyampaikan dan mengangkat serta memotivasi tim itu untuk kembali, walaupun kita melihat rengking tim kita yang berada di urutan 18 delapan belas dari semua kontestan di Liga 1 BRI musim ini,” ujar mantan Asisten Pelatih Persipura Mettu Duaramuri, kepada pers di Jayapura, Senin, (15/11/2021).
Lebih jauh Mettu Duaramuri menjelaskan bahwa secara tidak langung memang mereka tidak terlibat langsung bersama tim, tetapi hanya melihat dari luar dan yang lebih didalam tim lebih banyak adalah mereka yang aktif didalam tim sekarang ini, mulai dari Official tim dan Manajer tim.
“Bukan Manajemen.! Tetapi manajer tim, pelatih, asisten tim dan official terutama pemain. Menurut saya, mereka yang lebih tahu banyak tentang hal ini kenapa peringkat kita sampai di sini mereka tahu. Jadi kami menyuarakan kalau bisa ada evaluasi-evaluasi yang sangat penting sekali memberikan motivasi kembali kepada pemain, kita berbicara hal lain tetapi bagaimana kembalikan motivasi pemain, karena pemain-pemain ini adalah peman profesional,” tuturnya.
Dimana setiap pemain harus bertindak sebagai seorang profesional bagaimana cara dia bermain, materi latihan pelatih sudah kasih dan itu tidak kurang. Saya banyak pengalaman dengan Jacksen dan saya tahu. Itu kembali tergantung yang mengaplikasikan itu siapa, Jacksen tinggal berikan arahan dari luar dan 2X45 menit itu pemain yang tentukan.
“Kalau soal latihan saya kira sudah cukup tetapi mungkin ada sebabnya ini kenapa.? Sudah 9 kali kekalahan 1 kali menang dan draw. Manajemen tim dan Official tim ini berbeda official tim yang harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Jadi kita ini hanya pemerhati dan merasa bertanggung jawab jangan sampai tim sudah terjadi sesuatu baru kita memberikan masukan. Nanti pasti masyarakat akan bilang sudah terlambat dan tidak memberikan masukan sejak awal dan ini yang kita jaga,” tandasnya.
Tetapi sebelum tim ini turun lebih jauh ke bawah atau sampai terdegradasi atau turun ke Liga 2 dan harus kita jaga, sama-sama berjuang sampai bintang empat kenapa sampai tim terjatuh, itu yang menjadi tanggung jawab buat kita bersama.
“Saya pengalaman mau bermain dengan tim-tim lain kita bisa tidur enak. Karena kenapa?. Karena kita sudah tahu kualitas tim powernya itu kita tahu dan sudah tahu bahwa kita akan menang berapa dari tim lawan. Kita tidak berbicara yang lain-lain lagi tetapi bagaimana untuk mengangkat tim ini karena masih ada enam pertandingan lagi dan kalau kembali lagi harus bagaimana. Bukan harus pelatih berjuang sendiri, pemain sendiri dengan adanya banyak kritikan kita harus kasih masukan yang baik, jangan sudah terkatuh terimpa tangga lagi,” bebernya.
Kita tidak berbicara soal uang tetapi bagaimana mengangkat kembali tim ini agar mereka bangkit dari keterpurukan, official tim, pemain, manajemen, pelatih harus duduk bersama. “Jadi kami pertama kali menjadi pemain bagaimana pemain-pemain senior itu mereka mendukung kita memberikan motivasi seperti Kaka Yafet Sibi. Meskipun kami tidak dibayar mahal-mahal tetapi punya nama,” ungkap mantan pemain timnas tersebut.
Sementara itu ditempat yang sama Yafet Sibi yang merupakan pemain senior dari Mettu Duaramuri dan Daniel Mauri mengatakan, terlepas dari pemain-pemain tahun 60-70 dan 80-an itu kita sudah pernah matikan Piala Soeharto Cup setelah Juara empat kali.
“Setelah terlepas dari kami menjuarai Piala Soeharto Cup empat kali kami Persipura juara. Diera Mettu Duaramuri dan kawan-kawan juga empat kali Persipura menjuarai Piala Soeharto Cup, jadi Jenderal lapangan hijau itu dobol. Mengapa dulu tidak ada fasilitas seperti sekarang yang sudah sangat luar biasa. Kami masih mampu untuk bermain dan menjadi juara karena untuk harkat dan martabat kami orang Papua,” tuturnya.
Tim Persipura yang sekarang ini juga masih mempunyai prestasi yang sama, dan kami merasa kenapa sampai tim ini berada diposisi yang tertinggal jauh sekali dari tim-tim lainnya. Sehingga merasa bahwa sedih karena tim sudah berada diposisi paling bawah.
“Tetapi kami harapkan agar anak-anak muda ini terus semangat kalian harus bermain selama 90 menit kalau waktu habis itu baru pertandingan selesai. 45 menit pertama itu bukan pertandingan final, nanti ada pada pluit terakhir itu baru final. Anak-anak harus berjuang sebab karena kalau tidak ada Persipura maka kompetisi ini tidaklah seruh dan tanpa arti. Persipura adalah Jenderal besar. Pastinya semua tim tidak mau untuk Persipura degradasi. Mungkin itu saja dari saya kita tidak bisa membantu dengan uang tetapi kita bantu dengan doa,” ungkapnya.
Daniel Mauri menambahkan bahwa untuk itu kami mengusulkan juga kepada manajemen agar kompetisi Persipura bisa diputar kembali dan ini yang menjadi kerinduan kami. Agar ada pemain-pemain muda dan yang baru bisa kita lihat disitu.
“Jangan pemain-pemain yang minim jam terbang direkrut dan kita tidak tahu mereka direkrut atas dasar suatu kompetisi atau tidak. Dan anak-anak muda di Persipura sekarang ini setelah ditinggal Boaz dan Yustinus Pae bermain sesuka hati mereka. Seharusnya pemain-pemain muda bisa mengambil pengalaman lebih dari Ricardo Salampessy dan pemain senior lainnya. Kami harapakan musti ada kompetisi persipura,”. (*)