JAYAPURA.PAPUA BARU.COM,- Pengamat olahraga Papua, Dominggus Mampioper mendorong dilaksanakannya Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Papua, sehingga pembinaan terhadap olahraga di bumi Cenderawasih dapat berjalan dengan baik, dan menghasilkan atlet yang berkualitas yang dapat memperkuat Papua di Pekan Olahraga Nasional (PON) mendatang.
Hal ini ditegaskan oleh pria yang juga merupakan wartawan senior olahraga, menyikapi dinamika penyelenggaraan PON XX Papua tahun 2021.
Dominggus menilai minim pembinaan mengakibatkan beberapa cabor yang sebelumnya didominasi oleh atlet Papua, seperti atletik dan dayung sudah mulai diambil oleh atlet dari provinsi lain, dan beberapa cabor yang memperoleh medali emas justru pembinaannya tidak kelihatan seperti cabor Muaythai.
Meski begitu dirinya menilai kegagalan Papua dalam meraih emas tidak melulu disebabkan oleh pembinaan yang minim, mengingat provinsi-provinsi lainnya menurunkan atlet yang memiliki kualitas tinggi atau berpengalaman bertanding di level olimpiade, Asian games, sea games bahkan piala dunia.
“Memang untuk cabor yang baru, seperti Muay Thai dapat 6 medali emas (total 16 medali cabang olahraga Muay Thai,red), ini karena cabor baru tetapi hasilkan medali, begitu juga Wushu, cabor yang pembinaan tidak kelihatan namun berprestasi kan tinggal 9 hari kedepan, semoga ada penambahan medali untuk Papua. Cabor-cabotr seperti atletik, gulat belum kelihatan,”ungkapnya di Jayapura, Kamis (7/10).
Dirinya menilai target 84 emas yang dibebankan kepada kontingen Papua, tentu harus dilihat dengan baik, mengingat PON tinggal menyisahkan beberapa hari, tetapi Papua tidak dominan dalam beberapa cabor.
“Kalau kita lihat yang sumbang medali emas bisa sepakbola putra dan putri , Softball, gulat , catur dan billiar, untuk cabor seperti paralayang, gantole paling tidak bisa 1-2 medali, karena atlet dari luar juga banyak,”bebernya.
Kegagalan Papua di beberapa nomor atletik, tentu menjadi pertanyaan mengingat untuk lari, lompat dan lempar itu secara Papua “kuasai” secara tradisi tetapi kini sudah direbut oleh atlet dari provinsi lain.
“Memang atletik ini berat, langganan Asian Games dan Sea Games, sprinter Lalu Muhammad Zohri dari NTB meraih medali emas ( untuk perlombaan atletik nomor 100 meter putra,red), begitu juga ada atlet angkat besi yang ikut olimpiada yang main juga, atlet yang turun di PON Papua ini levelnya sudah olimpiade dan Asian games, kita beruntung kemarin Binaraga bisa mendapat 3 emas,”bebernya.
Bahkan Mampioper membeberkan beberapa atlet dari luar Papua justru mencatat rekor untuk cabor yang sebelumnya menjadi langganan Papua seperti atletik, sehingga belajar dari poin ini mengisyaratkan bahwa pembinaan olahraga di Papua tidak berjalan dengan baik.
Belum lagi beberapa atlet spesialis medali emas yang harus berpindah-pindah provinsi tetap tetap menghasilkan medali emas seperti beberapa atlet dari cabor tinju dan lainnya.
“Solusinya kita bina atlet, apalagi venue kan sudah internasional jadi kalau tidak ada pembinaan nanti ini kan susah juga,sampai kita harus cari atlet dari luar,”tuturnya.
Meski begitu dirinya memberi dukungan terhadap beberapa cabor baru potensial medali seperti cricket, mengingat PNG sejatinya merupakan tim cricket level dunia, pihaknya mengharapkan juga menular ke tim cricket Papua.
Dalam catatan tim redaksi Papua Baru, tercatat beberapa nama beken dengan level olimpade, Asian Games hingga Sea Games menjadi tumpuan provinsi di Indonesia dalam mendulang medali emas di PON Papua.
Diantaranya manusia tercepat di Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, sprinter yang membela Nusa Tenggara Barat (NTB) ini berhasil merebut medali emas untuk nomor lari 100 meter putra di Mimika Sports Centre, Rabu (6/10).
Zohri sendiri tercatat meraih medali emas nomor bergengsi lari 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletlik U-20 yang diselenggarakan Federasi Atletik Dunia IAAF di Finlandia pada 12 Juli 2018 silam.
Legenda selancar Indonesia yang membela Provinsi Bali, I Gusti Made Oka Sulaksana menyabet medali emas PON beruntun sejak PON XIII di DKI Jakarta, Oka yang turun di nomor spesialis RSX benar-benar merupakan raja mengingat 8 PON beruntun dirinya meraih medali emas, tak hanya itu dirinya juga memanen medali emas di ajang Sea Games.
Dirinya meraih medali emas Sea Games tahun 1989,Sea Games 1991 hingga Sea Games tahun 2011.
Untuk Cabor catur, misalnya peraih medali perak Sea Games Filipuna 2019, Chelsea Monica Sihite yang memperkuat Kalimantan Timur pada PON Papua, justru mendapatkan medali emas, setelah mengalahkan Irene Kharisma Sukandar yang memperkuat Jawa Barat.
Meski kalah, Grand Master Internasional Wanita (GMIW) Irene Kharisma Sukandar menyumbang medali emas untuk Indonesia di SEA Games 2019 Filipina.
Untuk cabor angkat besi putra, peraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020, Lifter Eko Yuli Irawan yang memperkuat Jawa Timur meraih medali emas untuk kelas 67 kg dengan total angkatan total 312kg barbel (143kg Snatch dan 170kg clean and jerk). Sementara untuk peraih medali perak dan perunggu tercatat merupakan langganan olimpiade.
Peraih perunggu olimpiade 2020, Lifter Windy Cantika berhasil meraih medali emas PON XX 2021 Papua, dari nomor 49 kg.
Sapu bersih medali emas di cabor tenis yang dilakukan oleh Provinsi Jawa Timur tidak lepas dari peran ratu tenis Indonesia Aldila Sutjiadi peraih 2 medali emas Sea Games Manila 2019 itu bahu membahu dengan Muhammad Rifqi Fitriadi, Christopher Rungkat/David Susanto, Beatrice Gumulya dan Jessy Rompies. (John Mampokem/Yan)