SUPIORI.TABLOID PAPUA BARU.COM,- Komunitas Mapian Biodiversity Consevation (MBC) mendorong upaya bersama menjaga populasi penyu belimbing, hal ini dikarenakan penyu yang mempunyai nama ilmiah Dermochelys coriacea masuk kategori spesies langka di dunia.
Komunitas yang konsen terhadap perbaikan ekosistem hayati Supiori serta Kepulauan Mapia bahkan turun langsung untuk melakukan monitoring perhitungan telur dan memindahkan telur penyu belimbing setelah sebelumnya warga kampung dikagetkan dengan mendaratnya penyu belimbing pada 22 Agustus silam,untuk bertelur.
Sekretaris Komunitas MBC, Armand Faknik mengungkapkan populasi penyu belimbing yang berkurang karena dimakan atau dibunuh tentu menjadi perhatian pihaknya, hal ini melandasi hadirnya komunitas MBC untuk bagaimana memberikan atensi terhadap hal ini.
Ini yang jadi perhatian kami untuk bagaimana terus berupaya dalam penyelamatan penyu belimbing, meskipun baru tentu MBC siap untuk bermitra dengan pemerintah dan mitra kerja lainnya,”ungkapnya via ponselnya, Sabtu (4/9).
Dikatakan, pihaknya memindahkan telur penyu belimbing yang masuk bertelur di Pantai Wafor pada 22 Agustus lalu.”Setelah ditemukan, telur penyu kemudian kami pindahkan ke tempat yang baru karena tempat pertama (sarang,red), suhunya basah,”katanya.
Armand menyebutkan MBC saat ini baru bekerja dan belum mempunyai peralatan yang memadai, dimana pihaknya memerlukan peralatan yang bisa mengukur suhu pasir, dimana bisa mengukur suhu pasir, agar penyu tersebut bisa selamat.
“Telur yang dpindahkan itu diantaranya telur berukuran besar sebanyak 87 telur, berukuran kecil sebanyak 52, rusak sebanyak 4 telur, jadi jumlah semua 143 telur,”imbuhnya.
Menurutnya,dari perhitungan yang dilakukan MBC dimana dari bulan Agustus hingga Oktober, dimana telur tersebut diprediksi menetas pada 25-26 Oktober atau sesuai dengan masa inkubasi dari penyu belimbing 55-60 hari.
“Setelah (masa inkubasi,red) menjadi tukik (sebutan untuk anak penyu)kita kemudian pindahkan dan tangkarkan ke dalam boks yang berisi air selama 1-2 minggu, setelah itu baru kita lepas kembali laut atau habitatnya,”imbuh Armand.
Selain soal waktu, banyaknya penyu yang dilepaskan ke laut juga sangat berpengaruh terhadap eksistensi mereka di masa depan.
Armand menuturkan bahwa secara alami, penyu akan mendekati lautan secara bergerombol. “Jika memang di makan atau dimakan hewan laut lainnya, tidak akan habis semuanya (dimangsa). Sedikitnya ada beberapa persen yang masih hidup. Nah kalau melepaskan tukiknya cuma satu atau dua ekor, risiko dimangsanya akan lebih besar,”tuturnya.
Meski Komunitas MBC baru berjuang, ujar Armand, tidak menyurutkan niat pihaknya untuk terus mengkampanyekan penyelamatan spesies langka di dunia ini.”Kami bersemangat untuk terus melakukan edukasi, dan tentu program kerja kita kedepan adalah terus mengadvokasi tempat-tempat yang menjadi daerah imigrasi penyu seperti Kampung Wafor,”ujarnya.
Tak hanya itu, demi pendataan penyu belimbing, Armand membeberkan pihaknya bakal melakukan investigasi perhitungan dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kita tentu mencari data tentang berapa banyak penyu belimbing yang sebelumnya dibunuh atau telurnya yang dimakan, tentu kita berharap mendapat data yang valid,”bebernya.
Pihaknya mengharapkan masyarakat Supiori untuk bagaimana menjaga pelestarian penyu belimbing yang mendekati kepunahan dengan tidak membunuh atau merusak telur, ketika menemukan penyu belimbing tersebut sedang bertelur di pinggiran pantai.
“Penyu secara alamiah, dimana begitu dia datang untuk bertelur disini, ketika dia kembali ke laut, dia pasti kembali ke tempat tersebut,”pungkasnya. (yan)